Sunday, April 19, 2009

Tunda Kehamilan dengan Alat Kontrasepsi yang Tepat


Ada beragam alasan mengapa seorang ibu menunda kehamilan berikutnya setelah anak pertama lahir. Namun, apa pun alasannya, hal yang perlu dipertimbangkan agar penundaan ini berjalan lancar adalah mengatur jarak kehamilan. Idealnya, jarak waktu antarkehamilan adalah 2 tahunan. Pertimbangannya, masa tersebut cukup panjang (tapi juga tidak terlalu lama) untuk membangun kesiapan, baik fisik, psikis, maupun finansial.

Pada ibu yang persalinan sebelumnya dilakukan secara sesar, malah dianjurkan untuk tidak kembali hamil di bawah satu tahun, mengingat umumnya persalinan berikut juga berisiko disesar. Karena sesar adalah tindakan operasi, sangat diperlukan istirahat fisik yang lebih panjang dibanding persalinan normal.

Mengenai jarak antarkehamilan ini, sebuah penelitian yang dilakukan Center for Disease Control and Prevention menyebutkan, sebenarnya jarak antarkehamilan yang ideal adalah 18-23 bulan karena tubuh ibu sudah kembali dalam kondisi yang baik. Riset tersebut juga menyebutkan, jarak kehamilan yang terlalu dekat berisiko bagi kesehatan janin. Begitu juga jika jarak antarkehamilan terlalu jauh. Risiko keduanya, antara lain mengakibatkan bayi lahir prematur dan berat badan rendah.

Pentingnya memerhatikan jarak ideal tak hanya berlaku untuk kehamilan kedua, tapi juga kehamilan ketiga, dan seterusnya. Perlu juga dipertimbangkan faktor usia Anda. Hamil di usia 35 tahun atau lebih semakin meningkatkan risikonya. Lantaran itu, hitung-hitungan jarak kehamilan ini juga harus melibatkan usia Anda sambil mempertimbangkan jumlah anak yang memang direncanakan.

Gunakan kontrasepsi

Upaya mengatur jarak kehamilan dapat dilakukan dengan menggunakan kontrasepsi atau alat kontra konsepsi yang mencegah proses konsepsi alias pertemuan antara sel telur dan sperma. Ada beragam alat kontrasepsi yang dapat digunakan. Efektivitas dan kecocokan dari penggunaan masing-masing alat kontrasepsi tentu saja bergantung pada kondisi fisik, pola hidup, kebiasaan, juga kedisiplinan pemakainya. Ada yang cocok memakai pil KB, ada juga yang lebih cocok dengan suntik atau lainnya. Untuk mengetahui cocok-tidaknya, mau tak mau Anda perlu memilih dan mencoba dulu, baru kemudian dapat diketahui apakah cocok atau tidak berdasarkan perkembangan selanjutnya.

Semua alat kontrasepsi dapat mencapai efektivitasnya hingga 90-99%, tentunya bila digunakan dengan prosedur yang benar. Pil KB wajib diminum tiap hari. Kondom harus digunakan setiap kali berhubungan intim. KB suntik diberikan setiap bulan atau per tiga bulan. Sekali terlupa atau diabaikan, boleh jadi efektivitasnya berkurang atau bahkan gagal menghindari pembuahan.

Nah, berikut ini sejumlah alat kontrasepsi (alkon) yang dapat dijadikan pilihan.

Pil KB
Untuk ibu yang masih menyusui, gunakan pil progesteron karena tidak menekan prolaktin sehingga produksi ASI tetap bisa melimpah.
Wajib diminum setiap hari.
Efek samping: mual, muntah, pusing, bercak di wajah.

Suntikan
Proses penyuntikan dapat dilakukan tiga bulan sekali oleh dokter atau bidan.
Kalangan awam menyebutnya dengan KB depo provera.
Efek samping: menambah berat badan.

IUD (Intra Uterine Device)

Tidak mengganggu produksi ASI.
Penggunaannya bisa mencapai 4-5 tahunan.
Efek samping: keputihan, siklus haid terganggu, atau munculnya perdarahan sedikit yang kadang disertai mulas.

Kondom
Berfungsi menghalangi pertemuan sperma dan sel telur.
Efek samping: ada yang mengalami alergi kondom lateks, misalnya dalam bentuk gangguan iritasi pada dinding vagina.

Implan/susuk
Disusupkan di bawah kulit lengan atas sebelah dalam.
Efek samping: perdarahan yang tak lama, rambut rontok, atau tidak haid.

Kontrasepsi alami
Memberikan ASI secara eksklusif tanpa cairan/makanan apa pun kepada bayi, terutama pada 6 bulan pertama, dapat mencegah terjadinya kehamilan. Namun, efektivitasnya kurang terjamin.



No comments:

Post a Comment