Thursday, October 29, 2009
Buah Pencegah Rematik
Sekitar 40 persen penduduk Indonesia yang berusia di atas 40 tahun memiliki keluhan nyeri sendi dan otot atau disebut juga penyakit rematik. Penyebabnya bermacam-macam, dari luka mekanik akibat kecelakaan, aktivitas berlebihan, sampai infeksi virus dan bakteri.
Pengobatan penyakit rematik difokuskan untuk mengurangi nyeri dan peradangan. Obat-obatan untuk mengurangi keluhan akibat rematik antara lain asetaminofen, obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS), kortikosteroid serta obat penekan kekebalan tubuh. Namun Anda perlu tahu, kebanyakan minum obat penghilang rasa sakit maupun anti radang yang dijual bebas dapat mengiritasi lambung dan usus serta menyebabkan tukak.
Bahkan, bila digunakan dalam jangka panjang obat-obatan tersebut bisa mengakibatkan pendarahan hebat. Konsultasikan dengan dokter bila Anda menggunakan obat antiradang nonsteorid atau aspirin untuk mengatasi nyeri sendir selama lebih dari 2 minggu.
Selain pemberian obat, nyeri sendi juga bisa dikurangi dengan modifikasi aktivitas sehari-hari, misalnya menghindari kegiatan yang membebani sendi disertai istirahat cukup dan olahraga.
Dalam buku Terapi Herba, Buah, Sayuran 10 Penyakit Utama, terbitan majalah Flona disebutkan ada beberapa jenis makanan dan minuman yang efektif untuk membantu penyembuhan sakit akibat radang sendi, yakni:
Alpukat
Anda tidak akan menderita rematik atau arthritis selama rajin mengonsumsi alpukat matang secara teratur. Lemak yang dikandungnya mampu memberikan lubrikasi secara alami persendian tulang seperti leher, siku, pergelangan tangan, pinggul, lutut, pergelangan kaki.
Jus apel
Minum jul apel yang diragikan (fermentasi) setengah cangkir, dua kali sehari akan membantu penyembuhan sakit radang sendi.
Asparagus
Bisa untuk mengobati rematik
Stroberi atau buah beri lain
Buah beri baik untuk penyembuhan rematik. Bisa dikonsumsi sebagai buah atau jus.
Jus semangka
Untuk arthritis karena kelebihan asam urat. Segelas jus semangka (tanpa biji) pagi dan malam akan membantu mendorong keluar kelebihan akumulasi asam urat.
Monday, October 26, 2009
Spa Untuk Miss V, Kembalikan Gairah Wanita
Setiap pasangan pasti selalu mendambakan kepuasan seksual yang terus terjaga. Namun, pertambahan usia dan pengalaman melahirkan membuat vagina terasa longgar. Hal ini ternyata memengaruhi gairah seksual para wanita dan pria. Padahal, kepuasan dalam berhubungan intim juga sangat memengaruhi kualitas hubungan dalam perkawinan.
Haruskah wanita pasrah dengan keadaan ini? Tentu saja tidak karena sebenarnya dunia kecantikan atau bedah kosmetik sudah menciptakan beberapa teknik perawatan vagina.
“Memang banyak perawatan khusus vagina, seperti ratus vagina. Namun, hal ini belum teruji klinis. Ada pula yang dengan cara operasi, seperti vagino plasty dan labio plasty. Tetapi, kini dengan Medical Vagina Spa, kita tak perlu melakukan operasi dan pemakaiannya pun sangat mudah,” kata dr Deby Intan dari Klinik Derma Pro, yang ditemui dalam acara peluncuran Medical Vagina Spa di pameran Cosmobeaute 2009, Jakarta, Sabtu (24/10).
Ia menjelaskan, ada dua jenis alat Medical Vagina Spa, yaitu manual dan elektrik. Pada metode secara manual, alat ini bekerja seperti tensimeter, yang terdiri atas kompas, pompa, dan beban. Beban tersebut dimasukkan ke dalam vagina, lalu akan dipompa dan diukur dengan kompas. Adapun cara kerja alat elektrik hampir sama. Yang membedakan adalah ketika alat dimasukkan ke vagina, alat ini akan merangsang otot-otot vagina dengan setruman-setruman kecil. Hasil dari pemakaian alat ini adalah otot vagina yang mengencang kembali.
Selain berfungsi mengencangkan otot-otot vagina, menurut dr Deby, Medical Vagina Spa juga dapat diterapkan untuk penderita kencing beser dan wanita yang tak dapat menahan BAB sehingga kotoran keluar secara tiba-tiba. “Intinya, Medical Vagina Spa ini melatih otot dasar panggul, seperti Anda melakukan senam kegel,” ujarnya.
Ia mengatakan, alat buatan Amerika ini aman dan sudah teruji klinis sehingga tak menimbulkan efek samping. Sayangnya, metode perawatan ini masih dalam tahap awal peluncuran di Indonesia sehingga baru akan ditemukan pada klinik-klinik perawatan vagina beberapa tahun
mendatang.
Sunday, October 25, 2009
Obesitas Ditentukan dari Ukuran Lingkar Pinggang
Umumnya berat badan ideal seseorang tercapai di masa remaja, dan perlahan akan bertambah sejalan bertambahnya usia. Fakta lain yang agak menyebalkan, karena tubuh ternyata mampu menyimpan lemak dalam jumlah tidak terbatas. Jadi, seberapa banyak pun lemak yang masuk, tubuh siap menampung. Lemak yang berlebih, biasanya menumpuk di sekitar perut. So pasti, bukan pemandangan yang mengasyikkan.
"Kenaikan berat badan terjadi bila kita mengonsumsi lebih banyak kalori daripada jumlah yang dibutuhkan setiap hari. Kelebihan kalori inilah yang tersimpan dalam tubuh dan menjadi lemak," kata dr Samuel Oentoro, selaku ahli gizi klinik.
Menurutnya, faktor pemicu kegemukan adalah faktor genetik atau keturunan. Selain itu, faktor lingkungan pun memberi pengaruh bagi kegemukan, ini menyangkut perilaku dan pola gaya hidup. Dan faktor psikis juga ikut ambil bagian. "Misalnya orang yang sedang mengalami stres dan melampiaskan emosi dengan makan tanpa batas," tambahnya.
Cara mengukur
Jumlah lemak tubuh yang normal untuk pria dewasa berkisar 10-20% dari berat badannya, dan untuk perempuan dewasa sekitar 25%. Untuk mengetahui dengan cepat apakah Anda menyimpan lemak berlebih, cobalah mencubit daging di perut Anda tepat di atas pusar. Bila jarak antara ibu jari dengan telunjuk lebih dari 2,5 cm, maka Anda termasuk obesitas.
Atau, untuk menentukan apakah Anda mengalami besar di sekitar perut, ukur lingkar pinggang dengan mencari titik tertinggi di tulang pinggang, lalu ukur lebarnya. Seorang pria yang berlingkar pinggang lebih dari 102 cm (Indonesia 90 cm) dan perempuan lebih dari 88 cm (Indonesia 80 cm), menunjukkan faktor risiko tinggi kena penyakit. Apalagi, bila IMT-nya (Indeks Masa Tubuh) adalah 25 atau lebih.
Di sekitar perut inilah, lokasi dari sebagian besar lemak yang tersimpan pada tubuh. Orang yang besar di bagian pinggang dan perut sering disebut obesitas tipe "apel", sedangkan pada tipe "pir" lemak berkumpul di bawah pinggang, sekitar pinggul dan paha.
Dengan lemak berkumpul di sekitar pinggang, obesitas tipe "apel" berisiko lebih tinggi terkena hipertensi dan penyakit lainnya seperti diabetes, jantung koroner, dan stroke. Hal ini dimungkinkan karena lemak di rongga perut lebih mudah diuraikan, sehingga menumpuk di arteri.
Lemak yang menumpuk di rongga perut ternyata lebih berbahaya daripada lemak di bagian bokong atau paha. Pasalnya, lemak di perut memiliki sel-sel lemak yang lebih besar, sehingga terjadi penumpukan lemak yang berlebihan di jaringan adiposa, dan akhirnya menghasilkan protein berbahaya.
Sunday, October 18, 2009
Tua Bukan Alasan untuk Malas Bercinta
Belakangan ini makin banyak orang-orang paruh baya, terutama wanita, yang dengan bangga mengakui mereka masih aktif secara seksual. Ini tentu bertolak belakang dengan anggapan masyarakat bahwa wanita setengah baya tak lagi punya mood untuk bercinta.
Wanita-wanita paruh baya yang masih in the mood ini rupanya ingin memberi contoh pada anak, bahkan cucunya, bahwa mereka masih sehat, aktif, berolahraga, mengikuti tren, bahkan tak mengecewakan soal urusan ranjang.
Sebuah studi di Swedia menunjukkan wanita di usia awal 70-an lebih menikmati dan melakukan hubungan seks lebih sering dibanding saat usia mereka 30 atau 40 tahun. Dalam artikel Older women talk about sex (www.self-helpmagazine.com), Beverly Johnson, dari Universitas Vermont, mewawancarai wanita berusia 50 tahun ke atas dalam studi tentang wanita dan seksualitas.
Secara umum, para wanita di usia paruh baya ini menilai dirinya sendiri sudah berpengalaman dan liberal tentang seksualitas mereka sendiri. 85 responden persen menjawab mereka akan melakukan aktivitas seks sampai mereka tak sanggup lagi. Ini membuktikan bahwa secara fisik mereka masih prima.
Selain itu, 90 persen berkeyakinan bahwa seks bukan hanya untuk orang muda. Dua pertiga wanita juga mengatakan mereka masih tertarik melakukan penetrasi seksual dan hanya 35 persen yang mengakui gairah mereka mulai memudar seiring usia. Tidak buruk, kan?
Seksolog Elmari Craig dan ahli injil Hennie Stander, penulis buku A-Z van Sex, mengungkapkan bahwa perubahan fisik yang terjadi karena faktor penuaan sangat berpengaruh pada urusan di tempat tidur.
"Wanita setengah baya tentu butuh dirangsang lebih lama dan stimulasi yang lebih bervariasi karena lubrikasi mereka umumnya terganggu," katanya. Akibatnya, tentu butuh waktu lebih lama untuk mencapai orgasme karena sensasi dari rangsangan mungkin tak seintens seperti dulu.
Pada pria, kemunduran fisik paling jelas tampak. Kalau dulu "yunior" gampang greng, kini butuh waktu lebih lama untuk mendapatkan ereksi dan tentu tak sehebat dulu.
Karena itu, orang yang sudah paruh baya sebaiknya bersikap realistis terhadap kemampuan seksualnya. Ekspektasi yang realistis itu pada akhirnya akan menghasilkan kepuasan. Kaum lanjut usia juga bisa mengubah konsep mereka tentang hubungan seks. Bahwa hubungan intim itu tak terbatas pada kegiatan senggama.
Selain itu, pasangan paruh baya juga bisa mencoba teknik-teknik baru untuk menuju kenikmatan seksual. Optimalkan indera raba lewat belaian dan pijatan, dari yang romantis sampai erotis. Tak ada salahnya pula melakukan seks oral atau saling bermartubasi.
"Seks adalah tentang fantasi. Pada usia ini, masing-masing sudah paham tubuh pasangan luar dalam. Karena itu kita perlu berdamai dengan bentuk tubuh sendiri. Saya tidak lagi memandang suami sebagai pria yang mulai keriput, tapi melihatnya sebagai pria yang mencintai saya. Itu membuat saya seperti muda lagi," kata Marlene (56) salah seorang pembaca yang membagi pengalamannya.
Wednesday, October 14, 2009
Benarkah Dudukan Toilet Menularkan Herpes?
Pernahkah Anda mendengar rumor yang satu ini mengenai herpes? salah satu rumor yang paling sering ditanyakan seseorang adalah mengenai herpes yang bisa tertular melalui benda mati seperti dudukan toilet, apakah itu benar?
Jika Anda berpikir bahwa saat duduk di toilet Anda mempunyai kemungkinan tertular herpes karena kontak dengan tempat duduk toilet saat menggunakannya, kelihatannya memang masuk akal bahwa virus tersebut bisa menular melalui dudukan toilet, akan tetapi sebenarnya tidaklah sesederhana itu. Virus herpes tidak akan menular dengan metode seperti itu.
Mari kita ambil sebuah contoh berikut:
Ms.V memiliki virus herpes di dalam badannya dan saat itu ia sedang mengalami kekambuhan virus tersebut sehingga ada luka terbuka kecil di bagian tepi pantatnya lalu ia duduk di toilet dan meninggalkan virus itu disana.
Agar penularan bisa terjadi, orang yang selanjutnya masuk dan menggunakan toilet setelah Ms. V harus menggunakan toilet itu dalam waktu 10 detik setelah Ms.V selesai memakainya, karena virus tersebut tidak akan bisa hidup lama pada permukaan dingin dan kering. Tapi bukan hanya itu, untuk dapat menularkan ke orang berikutnya, orang selanjutnya yang duduk di toilet itu haruslah mempunyai luka di daerah yang sama seperti Ms.V dan duduk dengan posisi luka yang benar - benar sama seperti saat ms.V duduk karena virus tidak akan bisa memasuki kulit yang tidak terkelupas atau tidak mengalami luka.
Mengapa begitu? Karena kulit kita cukup tebal sehingga virus tidak bisa masuk tanpa adanya luka terbuka. Sehingga yang paling sering terjadi penularan adalah antar manusia karena saat kita berhubungan dengan seseorang, mukosa area genital lebih mudah terkelupas dibandingkan dengan kulit luar kita.
Begitu pula dengan kolam renang dan "hot tub" yang kadang juga menimbulkan kekhawatiran bagi sang pemakai karena mereka memiliki jumlah air yang cukup besar untuk bisa menularkan virus herpes tersebut padahal tidak juga, kandungan air yang terdapat di dalam kolam atau tub tersebut cukup besar untuk mendilusikan virus tersebut dan juga terdapat bahan kimia di dalam air tersebut.
Bagaimana dengan "sex toys"? Agar herpes dapat menular melalui mainan tersebut seorang individu yang mempunyai herpes dan menggunakan mainan tersebut bisa saja menularkan virus tersebut ke individu lainnya karena virus tersebut bisa hidup sebentar di mainan tersebut dan jika langsung digunakan bergantian maka virus herpes bisa menular dari satu ke yang lainnya.
Tuesday, October 13, 2009
Resiko Oral Seks
Banyak ditemui hubungan oral seks di antara para remaja yang sedang pacaran. Tak jarang, hubungan ini juga mengantar mereka sampai ke hubungan seksual.
Tanpa dukungan edukasi seks yang baik, tak jarang penyakit seperti gonorrhea, sifilis, herpes, bahkan HIV bakal menyerang. Karena itu, perlu ada pemahaman yang benar mengenai hal ini.
Oral pada Penis
Secara teori, oral seks berisiko menularkan penyakit tertentu bagi pasangan karena bisa terinfeksi akibat cairan yang keluar sebelum ejakulasi (pre-ejakulasi) maupun oleh sperma yang masuk.
Jika saat itu ada luka terbuka di mukosa mulut, meski kecil dan tidak terlihat, bisa menyebabkan risiko penularan infeksi menular seksual karena luka terbuka ini adalah jalan masuk virus atau bakteri ke dalam aliran pembuluh darah.
Meskipun risiko ini lebih kecil dibandingkan dengan anal atau vaginal seks, pada beberapa kasus, penularan HIV tetap bisa terjadi akibat oral seks meski pasangan tidak ejakulasi.
Oral pada Vagina
Hal yang sama juga bisa terjadi bila oral seks dilakukan pada wanita. Risiko penularan HIV bisa terjadi karena cairan vagina yang terinfeksi dan juga darah bisa saja masuk ke mulut.
Penularan juga bisa terjadi bila terdapat luka kecil di mulut pasangan yang sedang melakukan oral terinfeksi penyakit menular seksual dan ada luka kecil yang tidak disadari atau iritasi ringan dalam vagina.
Penularan HIV pada oral seks memang lebih rendah dibandingkan dengan anal dan vaginal seks akan, tetapi pada beberapa kasus, penularan melalui oral seks dengan vagina telah terbukti ada.